SILVERQUEEN

SILVERQUEEN

Sistem Layanan Vertikal Quick Efektif Dan Efisien

 

Pelayanan Keluarga Berencana (KB) merupakan bagian penting dari strategi nasional dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pengendalian pertumbuhan penduduk dan penguatan ketahanan keluarga. Namun, implementasi program KB di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara masih menghadapi hambatan serius, terutama terkait keterjangkauan layanan di daerah-daerah terpencil dan terisolasi. Kabupaten ini memiliki topografi yang menantang, dengan sebagian besar wilayahnya terdiri dari pegunungan, desa pesisir, dan akses jalan yang terbatas. Kondisi geografis ini berdampak pada rendahnya cakupan pelayanan KB secara merata dan berkelanjutan, terutama bagi masyarakat di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).

Data dari Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Bolaang Mongondow Utara pada tahun 2023 menunjukkan bahwa cakupan peserta KB aktif baru mencapai 58,3% dari total Pasangan Usia Subur (PUS), sementara angka unmet need atau kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi masih tergolong tinggi yaitu 16,7%. Angka ini menunjukkan bahwa hampir 1 dari 6 pasangan usia subur belum mendapatkan pelayanan KB sesuai kebutuhan mereka. Selain itu, tercatat ada 42 desa dari total 106 desa yang belum menerima layanan KB secara rutin dalam kurun waktu tiga bulan terakhir. Permasalahan ini tidak hanya berkaitan dengan infrastruktur dan geografis, tetapi juga dengan keterbatasan sumber daya tenaga medis serta rendahnya intensitas mobilisasi pelayanan ke wilayah-wilayah pelosok.

 

      Secara umum, isu strategis dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) di fasilitas kesehatan (faskes) terletak pada rendahnya jangkauan layanan dan kurangnya keaktifan masyarakat dalam mengakses pelayanan secara mandiri. Pelayanan yang terpusat dan menunggu kedatangan akseptor di faskes sering kali tidak efektif, terutama bagi masyarakat yang tinggal di wilayah dengan keterbatasan akses transportasi, waktu, dan informasi. Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan, beban kerja layanan yang padat, serta belum maksimalnya integrasi program KB dengan layanan primer lainnya turut memperlambat peningkatan cakupan peserta KB aktif. Kondisi ini berdampak pada tidak tercapainya target nasional, serta tingginya angka unmet need yang menjadi indikator rendahnya pemenuhan hak masyarakat atas layanan kesehatan reproduksi.

      Sementara itu, potensi pasar tradisional sebagai lokasi pelayanan KB belum dimanfaatkan secara maksimal. Padahal, pasar merupakan titik kumpul masyarakat lintas usia, ekonomi, dan lokasi, yang sangat strategis untuk dijadikan tempat promosi dan pemberian layanan langsung. Namun, kurangnya sistem pelayanan terjadwal, minimnya dukungan infrastruktur lapangan, serta belum adanya pola kerja lintas sektor yang solid menjadi tantangan tersendiri. Kedua isu tersebut mencerminkan perlunya pendekatan inovatif yang tidak hanya mengandalkan faskes, tetapi juga mampu memanfaatkan lokasi publik strategis secara efektif. Inovasi SILVERQUEEN hadir untuk menjawab tantangan ini dengan model pelayanan yang cepat, terintegrasi, dan langsung menyasar titik layanan yang mudah dijangkau masyarakat.

 

Inovasi SILVERQUEEN adalah singkatan dari Sistem Layanan Vertikal Quick Efektif dan Efisien, yaitu inovasi pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dengan pendekatan pelayanan terpusat di fasilitas kesehatan dan lokasi strategis, seperti pasar tradisional, namun dengan metode mobilisasi vertikal yang cepat dan efisien. Dalam inovasi ini, akseptor KB tidak lagi menunggu jadwal pelayanan rutin, tetapi diarahkan secara terstruktur untuk datang ke titik layanan yang telah disiapkan secara periodik dan terjadwal. SILVERQUEEN bertujuan menjawab tantangan keterbatasan tenaga lapangan dan sebaran wilayah geografis dengan mendorong efektivitas pelayanan, meningkatkan cakupan peserta KB aktif, serta menurunkan angka unmet need dengan memanfaatkan pusat-pusat keramaian dan fasilitas kesehatan sebagai lokasi layanan yang mudah dijangkau masyarakat.

 

SILVERQUEEN (Sistem Layanan Vertikal Quick Efektif dan Efisien) adalah inovasi pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang dikembangkan oleh dinas Pengendalian penduduk Keluarga berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dengan pendekatan mobilisasi vertikal, di mana akseptor KB diarahkan untuk datang ke titik layanan strategis seperti fasilitas kesehatan (faskes) dan pasar tradisional. Inovasi ini bertujuan untuk mempercepat, mempermudah, dan memperluas jangkauan pelayanan KB secara efektif dan efisien, khususnya di wilayah dengan keterbatasan tenaga lapangan dan akses geografis yang menantang, tanpa bergantung pada sistem digital.

 

Manfaat Inovasi SIlverqueen :

  1. Meningkatkan akses pelayanan KB bagi masyarakat, terutama di wilayah yang sebelumnya sulit dijangkau karena faktor geografis maupun keterbatasan waktu.

  2. Mempermudah akseptor dalam mendapatkan layanan KB melalui titik layanan strategis seperti faskes dan pasar tradisional tanpa harus menunggu jadwal khusus atau datang ke fasilitas tetap.

  3. Meningkatkan cakupan peserta KB aktif dan menurunkan angka unmet need melalui pelayanan yang cepat, efisien, dan terorganisir.

  4. Mengoptimalkan fungsi fasilitas kesehatan dan lokasi publik sebagai pusat pelayanan KB terpadu yang mudah diakses masyarakat. 

  5. Mendorong efisiensi penggunaan sumber daya (tenaga, waktu, dan biaya) dengan pendekatan pelayanan terfokus di lokasi berpotensi tinggi.

  6. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap pentingnya program KB sebagai bagian dari pembangunan keluarga yang sehat dan sejahtera;

  7. Mewujudkan model pelayanan kolaboratif lintas sektor, termasuk pemerintah desa, tenaga kesehatan, kader, dan mitra lainnya, yang dapat memperkuat sistem layanan KB jangka panjang.

 

Hasil Inovasi SILVERQUEEN yaitu :

  1. Terjadi peningkatan cakupan peserta KB aktif di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara;

  2. Angka unmet need menurun secara bertahap berkat meningkatnya akses masyarakat terhadap layanan KB yang tersedia di faskes dan pasar tradisional.

  3. Peningkatan jumlah akseptor baru, khususnya dari wilayah yang sebelumnya tidak rutin mendapatkan layanan KB.

  4. Terbentuknya sistem pelayanan yang lebih terjadwal, cepat, dan efisien, melalui pemanfaatan titik strategis layanan seperti pasar mingguan dan puskesmas pembantu.

  5. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya KB, terlihat dari tingginya animo mengikuti pelayanan saat kegiatan SILVERQUEEN dilaksanakan.

  6. Meningkatnya koordinasi dan kolaborasi lintas sektor, antara dinas PPKB, tenaga kesehatan, pemerintah desa, kader KB, dan mitra seperti TNI/Polri dalam pelaksanaan pelayanan lapangan.

  7. Layanan menjadi lebih fleksibel dan tidak bergantung pada fasilitas tetap atau teknologi digital, sehingga menjangkau masyarakat dengan kondisi sosial dan geografis beragam.